Selasa, 25 Mei 2010

PENDIDIKAN ANAK UNTUK KECERDASAN

Pada saat ini, bukan merupakan hal yang aneh bila kita mendapati ada anak-anak TK atau SD kelas 1 yang begitu padat jadwal kegiatannya. Pagi hari pergi ke sekolah, lalu les membaca,menulis, berhitung dan mengambar setelah tidur siang, kemudian dilanjutkan dengan les piano atau biola pada malam hari. Demikian aktivitas sang anak setiap hari. Ketika mendapatkan fakta ini, saya sering berpikir, apakah memang perlu demikian?. Saya percaya orangtua memiliki maksud yang baik bagi anaknya, yaitu berusaha meningkatkan kecerdasan anaknya dengan berbagai metode pembelajaran yang dipromosikan oleh lembaga pendidikan non formal, namun


apakah cara demikian tepat untuk menolong anak kita tumbuh semakin cerdas atau jangan-jangan malah membuatnya menjadi kelelahan sehingga justru mengakibatkan ia tidak maksimal dalam menyerap materi pelajaran? dan lebih mengenaskan lagi, bila ternyata apa yang kita lakukan sama sekali tidak menolongnya untuk menjadi semakin cerdas. Tentu hal ini perlu kita kaji secara mendalam.
Berikut ini ada beberapa cara sederhana yang saya harapkan dapat menjadi saran dan pertimbangan untuk dilakukan oleh orangtua supaya dapat meningkatkan kecerdasan(kecerdasan intelektual, emosi, moral dan spiritual) yaitu :

1. beri kebebasan anak untuk berfikir.
Sebagai orangtua, sering kali kita merasa agak terganggu ketika anak kita bicara terlalu banyak. Apalagi bila ia berbicara kepada kita di saat kita sedang sibuk ataupun marah dan tidak memiliki mood untuk berbicara. Biasanya saat itu kita akan memerintahkan ia untuk diam. Namun tahukah kita, bahwa dengan melakukan hal demikian, kita justru menghambat pertumbuhan kecerdasannya. Seperti yang disebutkan di atas, kecerdasan manusia tidak hanya berbicara mengenai kecerdasan intelektual saja, namun juga kecerdasan emosi, moral dan spiritual. Kita tahu bahwa masa kanak-kanak merupakan masa terbaik baginya untuk membentuk dan meningkatkan kecerdasannya. Masa kanak-kanak merupakan masa di mana ia perlu banyak mendapat kesempatan untuk mengidentifikasi dan mengeksplorasi lingkungannya, dan hasil pembelajaran melalui panca inderanya perlu diekspresikan keluar, dan salah satu caranya yaitu berbicara. Sebab itulah, hendaknya kita sebagai orangtua jangan selalu melarang anak kita berbicara atau berkomentar tentang sesuatu. Sikap yang tepat adalah kita mengarahkan pembicaraan atau komentarnya atas sesuatu. Kalau pun ada komentar atau pembicaraan yang tidak sopan, hendaknya kita tetap menghargai dirinya. Jangalah memarahi ia dihadapan orang lain atas komentarnya, apalagi di depan muka orangtua temannya. Berikanlah rasa aman kepadanya untuk menyampaikan pendapat dan mendiskusikan sesuatu.Putra kami, Josh, sangat suka berbicara. Saya tidak tahu apakah kita dapat membayangkan dan merasakan situasi apabila memiliki seorang anak umur 3 tahun yang berbicara sejak bangun tidur sampai jam menunjukkan pukul 11.00 malam, bahkan seringkali dalam tidur pun ia berbicara. Kami berdua sebagai orangtuanya sungguh-sungguh belajar memberikan kesempatan kepadanya untuk membicarakan apa yang ia lihat, rasakan dan pikirkan. Sejak ia mengerti dan mampu mengkomunikasi kemauan serta pikirannya secara verbal, kami belajar memberikan ia kesempatan seluas-luasnya untuk berpendapat dan memutuskan sesuatu. Ini tidak berarti ia memiliki kebebasan melakukan sesuatu tanpa kontrol, namun kami mengajarkan kepadanya prinsip diskusi dan demokrasi. Bagi kami, sejak usia dini ini, ia harus belajar untuk tahu apa yang ia putuskan dan lakukan, serta berani bertanggung jawab atas pilihannya. Dan semua proses ini dapat terjadi karena ia berbicara. Berbicara di sini juga termasuk pertanyaan dari anak. Hindari sikap meremehkan dan acuh tak acuh terhadap pertanyaan anak. Seorang anak dapat mendeteksi apakah orangtuanya sungguh-sungguh menanggapi pertanyaan atau tidak. Sikap terbaik adalah puaskanlah rasa ingin tahunya. Perlu diingat, apabila ada pertanyaan yang tidak bisa kita jawab, maka orangtua harus berterus terang katakan belum mampu jawab, dan janjikan akan mencari jawabanya,mungkin besok atau lusa. Berikanlah ia suatu kepastian waktu. Setelah itu, orangtua harus belajar, dan mencari jawaban yang benar.
Sebab itu, ketika melihat urgensi perlunya anak dibiarkan lebih banyak berbicara, kita sebagai orangtua seharusnya memberikan ia kesempatan yang seluas-luasnya untuk berpendapat/berbicara. Dengan melakukan hal demikian, berarti ia dapat mengemukakan pikirannya. Ketika semakin banyak ia berpikir, maka disanalah timbul peningkatan kecerdasan anak kita.

2. Orang tua selalu menanyakan pada anak
Cara sederhana kedua adalah orangtua harus berusaha lebih aktif bertanya kepada anaknya. Kalau anak kita memiliki temperamen sanguinis, tentu tidak sulit baginya untuk berbicara, namun bila ia adalah seorang plegmatis, tentu kita akan mendapatkan anak kita jauh lebih banyak diam daripada berkomentar atas sesuatu. Oleh sebab itu, orangtua harus lebih banyak bertanya kepadanya, dan ingat, pertanyaan itu adalah pertanyaan yang harus bisa menstimulasi pikirannya. Hendaknya orangtua jangan asal tau sembarangan bertanya, tetapi siapkan pertanyaan-pertanyaan yang kristis yang sesuai dengan umurnya dan dapat menolong ia berpikir. Untuk itu, orangtua perlu belajar dan tahu tentang tingkatan perkembangan kecerdasan seorang anak. Diantaranya, anak di usia 0-2 tahun mengembangkan kecerdasannya melalui aktivitas motorik. Ia akan berusaha menjangkau benda apa saja yang ia lihat dengan tangannya. Tentu kita masih ingat anak-anak kita memasukkan tangannya atau apa saja ke dalam mulutnya. Namun anak-anak di usia 2-8 tahun, pengembanagn kecerdasannya sudah dapat dilakukan melalui kemampuan berpikir secara rasio/logika.
Di masa ini, kita akan mendapati anak kita dapat berimajinasi dengan baik, misalnya duduk di atas punggung kita, lalu menyuruh merangkak, dan ia mengumpamakan dirinya sedang naik kuda. Di usia pra sekolah ini, ia juga sudah memiliki kemampuan mengambar dan meniru. Melalui pengulangan kegiatan bertanya, atau pendalaman pertanyaan, maka kita akan menolong anak mengembangkan kecerdasan dirinya. Semakin tinggi intensitas peran orangtua dalam hal ini, maka yakinlah, anak kita akan semakin baik perkembangan kecerdasannya.

3. Persiapkan materi pembelajaran yg baik
Di pasaran, hari ini beredar banyak sekali permainan. Mulai dari permainan sederhana yang terbuat dari kayu sampai permainan elektronik. Orangtua yang ingin anaknya bertumbuh cerdas harus memfasilitasi penyedian media dan materi pembelajaran yang tepat. Supaya tujuan ini tercapai, sebaiknya orangtua mencari tahu terlebih dahulu mengenai materi dan media edukatif yang tepat dan sesuai dengan usia sang anak, dan ketika pergi membeli, libatkanlah anak anda. Gunakan pendekatan sesuai dengan karakter anak kita. Janganlah membeli sesuatu media dan materi pembelajaran ini berdasarkan selera dan ketertarikan kita, apalagi dipaksakan sesuai apa yang kita anggap benar. Bila media dan materi tidak tepat sasaran, tentu kecerdasan anak kita tidak dapat berkembang maksimal. Setelah mendapatkan materi dan media yang tepat, langkah berikutnya adalah siapkan diri serta waktu kita untuk terlibat bermain dan belajar bersama-sama dengan anak. Jangan selalu membiarkan anak kita bermain sendirian. Ia memerlukan kehadiran kita untuk menjadi mentor nya, tempat ia bertanya dan dibimbing. Melibatkan diri ini sangat baik karena anak memiliki

5 komentar:

Unknown mengatakan...

artikel yang menarik..mohon terbitkan lagi artikel2 terkait untuk berbagi informasi seputar dunia pendidikan.terimakasih

Unknown mengatakan...

Selamat siang bapak zami,..saya sangat senang dengan artikel anda. Mungkin kalau ada tolong di upload cara/panduan mendidik anak usia balita atau kalo ada pelatihanya tolong saya di informasikan. terimakasih

Anonim mengatakan...

pagi pak.admin,..
mohon informasi dafatar paud yang bagus di kota solo,..thankyou

Pesona Indonesia mengatakan...

oke deh klu ada waktu Insyaalloh akan sy APLOUD.

Pesona Indonesia mengatakan...

oke kali waktu akan kita tampilkan artikel tentang pendidikan non formal yang lebih menarik lagi

Posting Komentar

Silahkan Komentar di sini.

====================================================================================== -->